Pada suatu senja dimusim panas, Pal duduk menepi di depan jendela yang terbuka. Hanya secangkir teh dan sepotong roti tawar dalam bakilah yang menemaninya kala itu. Menemani kegundahan yang bercokol di hati Pal.
Akankah senja berakhir? pikirnya. Akankah Pal kehilangan musim panasnya yang indah? Entahlah, Pal tidak tahu apa-apa. Kini yang dapat ia lakukan hanyalah menerka-nerka. Menerka-nerka apakah hidupnya masih cukup panjang untuk menikmati senja dimusim panas berikutnya.
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar